Ramadhan Penuh Pesona Ditengah Wabah Corona

Kajian Bulanan Gen Muda YMI, oleh Abi Adhi Azfar (Ketua Umum YMI)

Ditulis oleh Lilik Ulaili Safitri (Gen Muda YMI Lombok Utara)

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dia-lah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka yang telah ada...." (QS. Al Fath ayat 4).

Saat wabah Corona menyebar di Indonesia, kita diminta untuk tinggal di rumah. Tak boleh kemana-mana kecuali keperluan penting mendesak. Pergerakan dibatasi, bertemu orang tak bisa bersalaman, jaga jarak minimal 1 meter. Pakai masker, sering cuci tangan. Hidup jadi terasa sulit.

Ditengah kesulitan itu, nampak orang-orang beriman tetap dalam ketenangan, tak gusar, tak gelisah. Mereka stay at home dengan senang gembira. Sebagaiman Al-Qur'an Surat Al-Fath diatas.

Itulah mengapa Allah SWT dengan karunia dan kemuliaan-Nya menurunkan ketenangan dan keridhoan atas hati seseorang hamba yang beriman sehingga tidak bergejolak jiwa-jiwa mereka.

Tinggal dirumah malah senang. Kenapa? Karena berarti seakan-akan disuruh tinggal di surga. "Baiti Jannati" (Rumahku Surgaku). Satu bulan, dua bulan bahkan bertahun-tahun, harusnya senang dan tenang tinggal di rumah. Nggak akan pernah bosan.

Lalu Ramadhan datang, namun wabah Covid-19 belum juga pergi. Saat Ramadhan, kita diperintah bergerak mengejar berbagai pahala kebaikan, namun saat yang sama, ada wabah Corona yang membatasi pergerakan kita. Merasa gelisah? Iya mungkin. 1 atau 2 kali mungkin terasa gundah gulana. Itu karena sifat manusia memang "Khuliqo Halu'a" (suka berkeluh kesah).

"Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir." (QS. Al-Ma'arij ayat 19).

Kita terbatas pergerakannya untuk ibadah, padahal kita ingin menggapai kebaikan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan. 

Untuk itu kita sebagai umat Islam harus betul-betul mempersiapkan diri dengan sebenar-benarnya, melakukan sesuatu yang bermakna di bulan suci tersebut.

Banyak ibadah yang tak perlu dilakukan di Masjid. Ada Tilawah Al-Qur'an, Qiyamullail, Bersedekah. Ini bisa kita optimalkan di bulan Ramadhan, ditengah wabah Covid-19. Sambil kita terus berkontemplasi, muhasabah diri. Nikmati "berdua-duaan" dengan Allah, Sang Pecipta alam semesta, dalam Qiyamullail kita ditengah malam buta.

Rasakan juga keindahan membaca Al-Qur'an, seakan-akan kita sedang bericara dengan Allah SWT. Karena Al-Qur'an itu "perkataan" Allah, maka saat kita membacanya, kita seakan-akan sedang "bercakap-cakap" dengan-Nya.

Itulah mengapa kenikmatan shalat malam lebih aku nikmati dibanding mendapatkan dunia dan seisinya. Begitu kata Ibnu Taimiyah saat menikmati shalat ditengah malam. 

Qiyamullail lebih dinikmati dibanding menikmati makanan terlezat dimuka bumi, lebih dinikmati dibanding jalan-jalan ke berbagai penjuru negeri, lebih dinikmati dibanding seluruh harta dimuka bumi ini. 

Pertanyaannya, "Sudahkah kita sampai di posisi itu?" Menikmati shalat malam sebagaimana Ibnu Taimiyah. 

Berikutnya, membaca Al-Qur'an. Imam Syafi'i mengkhatamkan Al-Qur'an 60 kali dalam sebulan Ramadhan. Itu karena begitu nikmatnya Tilawah Al-Qur'an. Pertanyaannya sama, "Sudahkah kita bisa menikmati membaca Al-Qur'an seperti itu?" Atau minimal khatam Al-Qur'an setengahnya dari Imam Safi'i (30 kali). Atau sepertiganya (20 kali Khatam dalam sebulan).

Kalau masih belum bisa. Kita masih harus terus belajar. Karena baik Ibnu Taimiyah dan Imam Syafi'i, tentu tak mendapatkannya dalam 1 waktu. Butuh proses. Untuk bisa khatam Al-Qur'an 60 kali dalam sebulan, berproses dulu, mungkin 5 kali dulu. Tahun berikutnya 15 kali. Tahun depannya lagi, 20 kali. Insya Allah.

Ramadhan adalah bulan mulia, bulan yang di dalamnya terdapat banyak keistimewaan dan keberkahan. Pada bulan tersebut terdapat Lailatul Qadr (bulan yang lebih baik dari seribu bulan) yang tidak terdapat pada bulan-bulan yang lainnya.

Allah SWT menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini pasti ada manfaatnya. Contoh, Allah menciptakan wabah Corona ini dimana semua orang merasa sulit karena tidak bisa melakukan aktifitas mereka seperti biasa. Terhalang dari silaturrahim kepada kerabat-kerabat mereka. Terhalang melakukan kajian atau sholat di Masjid.

Tapi yang perlu kita ketahui bersama bahwa Allah menciptakan wabah ini di saat zaman teknologi canggih, sehingga manusia tidak bete-bete amat didalam rumah. Ada internet, WA, virtual meeting dan lain-lain.

Allah telah memilih kita, umat sekarang ini sebagai orang terpilih untuk menghadapi wabah ini dengan menguatkan iman dan bermuhasabah diri. Yakinlah bahwa pilihan Allah pasti pilihan terbaik buat kita. Selalu berhusnudzon kepada-Nya. #

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gema Sufi YMI Boyolali di Desa Karangmojo (Gerakan Membaca Surat Al-Kahfi)

YMI Lamsel Salurkan Sembako untuk Difabel dan Dhuafa

Santunan Bulanan Anak Asuh YMI Kuningan